Kamis, 27 Januari 2011

INFLASI DAN PENGANGGURAN

Pertumbuhan ekonomi negara Indonesia memang lagi "mekar-mekarnya",di berbagai sektor terutama pada bidang perdagangan dan konsumsi kena imbas dari peningkatan ekonomi negara kita.Sudah jamak diketahui setiap peningkatan ekonomi suatu negara pasti berdampak secara langsung terhadap pendapatan dan daya beli rakyat tersebut.

Begitu pula dengan Indonesia,peningkatan ekonomi yg melebihi target memberikan kemantapan investor dalam berinvestasi,sehingga secara tidak langsung berdampak terhadap pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.PDB bangsa Indonesia diproyeksikan pada angka US$ 3000 per kapita pada tahun 2010.Ini berarti bahwa masyarakat indonesia mulai dari pejabat sampai pemungut sampah berpenghasilan RP 2.700.000 - 2.900.000 per bulan,wow merupakan penghasilan yang fenomenal.

Bagi penulis pendapatan tersebut apabila benar2 merata,dan bukan hanya catatan tulisan dan terbukti nyata dan merata,pasti tidak akan ada bayi busung lapar,bayi lahir cacat,atau pun berita kelaparan yang jadi ekspose berita di media.Melihat data tersebut,ada senang,ada juga mirisnya.KOK BISA? Bagaimana tidak miris,di balik laporan peningkatan ekonomi tersebut,pemerataan penghasilan tidak dirasakan oleh semua rakyat.Kesenjangan antara si miskin dan si kaya,masih sangat "kentara",dan bahkan sudah bisa ditengok hal tersebut di TV,dimana para developer perumahan menjual apartement,perumahan dengan harga paling murah 500 juta,tetapi masih banyak ditemukan masyarakat miskin makan kurang layak,bahkan bisa makan 3 kali sehari juga merupakan kemewahan,walaupun dengan lauk seadanya.

Kesenjangan tersebut juga diperparah dengan tingginya inflasi.Cabe yang dulu identik dengan masyarakat miskin,sekarang sudah sirna anggapan tersebut.Kenapa saya menganggap cabe identik dengan orang miskin,pernah dengar istilah "nasi pake lauk sambal aja dah enak",nah istilah ini biasanya yang identik dan melekat dengan orang miskin.Hal itu sekarang sudah pupus dan tidak terjangkau lagi bagi orang miskin,bagaimana tidak,kalau mau makan cabe harus ngeluarin uang seperempat juta,alias Rp 250.000 per kg yang setara dengan tiket pesawat Jakarta - Semarang.Cabe yang dekat dengan rakyat kecil sekarang sudah menjadi bahan mahal dan hanya orang tertentu saja yang dapat membelinya.

Inflasi belum tertangani dengan baik oleh pemerintah juga berdampak terhadap jumlah lapangan kerja yang tersedia bagi masyarakat.Banyak lulusan sarjana menganggur tidak tahu harus berbuat apa,atau juga berjuta angkatan kerja yang notabene usia produktif menganggur karena kurangnya lapangan kerja.Seharusnya dengan peningkatan ekonomi tersebut pemerintah dapat menjamin ketersediaan lapangan kerja.Serta bagi lulusan sarjana jangan hanya berpatok pada "PNS ORIENTED",seharusnya sarjana bisa memberikan kontrobusi yang nyata dan mengaplikasikan pendidikan di bangku kuliah dengan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar